Jumat, 07 Juni 2013

Mengenal kehidupan rakyat Korea Utara


silahkan membaca ^^
Korea Utara, secara resmi disebut Republik Demokratik Rakyat Korea (Hangul: 조선민주주의인민공화국) mengenai negara yang tidak bisa mengakses situs jejaring sosial, disini kami akan membahas mengenai salah satu negara tersebut, yaitu Korea Utara. Ya, siapa sih yang tidak tahu negara Korea yang terkenal dengan K-Pop nya dan serial dramanya yang membuat hampir sebagian besar wanita keplek-keplek. Ops, tapi jangan salah, itu adalah negara Korea Selatan, bukan Korea Utara. Jika kamu adalah pengemar drama dan lagu korea, kita tidak akan membahasnya disini, karena yang akan kami bahas adalah negara tetangganya, yaitu Korea Utara.

Korea Utara, secara resmi disebut Republik Demokratik Rakyat Korea adalah sebuah negara di Asia Timur, yang meliputi sebagian utara Semenanjung Korea. Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Pyongyang. Percaya atau tidak, negara ini hanya memiliki satu partai politik, yaitu Partai Buruh Korea. Pemerintahan negara ini menganut ideology Juche yang digagas oleh Kim Il Sung pada tahun 1955 hingga sekarang. Menariknya, ternyata Presiden Soekarno mengunjungi negara ini pada tahun 1964 dan mencontoh ideologi ini. Jadi bisa dikatakan kehidupan rakyat Korea Utara sekarang hampir mirip dengan kehidupan negara kita berpuluh tahun yang lalu. Korea Utara dipandang oleh sebagian besar negara sebagai negara yang diktator.

Di Korea Utara, pemerintah mengontrol seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sebagian besar kesenian dan hiburan dibantu dan dikontrol oleh pemerintah. Bahkan cara seniman bekerja pun dibatasi. Secara resmi, memang Undang-Undang Korea Utara memberikan kekuasaan politik kepada masyarakat. Namun sebenarnya, kekuasaan yang sesungguhnya berada di tangan pemerintah. Undang-Undang tersebut memang menjamin hak-hak seperti kebebasan pers, kebebasan beragama, dan kebebasan berbicara, akan tetapi pada kenyataannya 23,6 juta masyarakat Korea Utara sangat dibatasi kebebasannya. Misalnya, seluruh siaran radio dan televisi dikontrol secara ketat oleh Komite Penyiaran Pusat Korea. Semua stasiun radio yang dimiliki swasta menjadi frekuensi pemerintah. Berita-berita terkini sering kali disembunyikan dari rakyatnya atau bahkan diubah isinya. Masyarakat Korea tidak mengetahui peristiwa-peristiwa apa yang terjadi sampai berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun sesudahnya.

Korea Utara juga cenderung menutup diri terhadap sorotan pers internasional. Pemerintahnya sangat membatasi akses ke negara tersebut. Berdasarkan cerita beberapa orang yang pernah mengunjungi negara ini, Korea Utara bahkan tidak meninggalkan jejak di paspor mereka. Jika ada orang luar yang memasuki negara ini, mereka tidak diperbolehkan menggunakan alat komunikasi apapun dan bahkan memotret kehidupan di sana. Yah, bisa kita bayangkan bagaimana jika kita yang sudah terbiasa dengan Hp dan internet mengunjungi negara ini! Katanya, masuk ke negara ini seperti masuk ke mesin waktu kembali ke puluhan tahun yang lalu. Rakyat Korea Utara tidak ada yang menggunakan ponsel dan jika ingin menelepon mereka harus menggunakan telepon umum.

Beberapa orang yang pernah mengunjungi negara ini juga mengatakan kehidupan warga disana sangat tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan banyak orang di negara lain. Mereka hanya memakai pakaian dan sepatu seadanya, bahkan hampir lusuh dan kumuh. Makanan sehari-hari mereka juga bisa terbilang pas-pasan atau seadanya. Setiap hari penduduk Pyongyang menerima porsi sayuran dan nasi. Mereka tidak pernah mendapat daging atau buah. Turis yang pernah mengunjungi negara tersebut mengaku sangat sulit menemukan makanan daging di sana dan kalaupun ada rasanya sangat hambar. Menariknya, ketika turis menanyakan mengenai pisang dan apel, warga disana tidak tahu dan tidak pernah memakannya.

Rakyat Korea Utara juga sangat memuja-muja presidennya yang baru meninggal, Kim Jong-Il. Mereka percaya bahwa Amerika Serikat adalah musuh besar mereka dan Kim Jong Il adalah pelindung mereka. Rakyat Korea Utara tidak keluar lagi di malam hari. Tidak ada lampu jalan, dan setelah matahari terbenam, satu-satunya cahaya berasal dari jendela-jendela bangunan perumahan. Sekitar jam 9 malam, semua lampu dimatikan, dan kota tenggelam dalam kegelapan.

Begitulah beberapa informasi yang bisa kami dapatkan mengenai negara Korea Utara.

Jadi, setelah mengetahui bagaimana kehidupan di negara Korea Utara, seharusnya kita lebih bersyukur hidup di Indonesia walaupun memang masih banyak kekurangan dan masalah di negara ini. Indonesia masih termasuk negara yang demokratis. Tidak menyukai peraturan yang dikeluarkan pemerintah? Tinggal demo saja. Pelayanan tempat umum yang tidak memuaskan? Update status di jejaring sosial dan semua orang akan mengetahuinya. Tidak ada hal yang sempurna di dunia ini. Nah, jika Anda dapat memilih dilahirkan di negara mana, mana yang Anda pilih?
Indonesia atau Korea Utara?

1 komentar:

  1. Wah baru tau kalo presiden soekarno sedikit mencontohkan ideologi korea ke Indonesia... Postingan yang menarik sob, visit juga ya www.ipb.ac.id

    BalasHapus